Hemodialisis



Manusia normal memiliki dua buah ginjal walaupun kadang-kadang terdapat orang yang dilahirkan hanya dengan satu ginjal saja, tetapi mereka dapat hidup normal pula. Selain menghasilkan urin, ginjal memiliki banyak fungsi, yaitu :

·Mengeluarkan kelebihan air dari tubuh dalam bentuk urin

·Mengeluarkan produk-produk sisa dari dalam tubuh

·Ikut berperanan dalam pembentukan darah

·Membantu mempertahankan integritas tulang

·Memegang peranan penting untuk mempertahankan tekan-an darah normal.

Walaupun demikian, seseorang dapat mengalami gagal ginjal, di mana kedua ginjal orang tersebut tidak dapat melakukan fungsinya oleh karena suatu proses penyakit. Pada umumnya seseorang mulai merasa sakit dan memerlukan cuci darah (dialisis) apabila fungsi ginjalnya telah turun sampai sekitar 5% dari keadaan normal. Gagal ginjal dapat timbul tiba-tiba (akut) ataupun perlahan-lahan (kronis). Pada umumnya gagal ginjal akut bersifat sementara dan reversibel, sedangkan gagal ginjal kronis bersifat permanen. Banyak macam penyakit yang dapat mengakibatkan gagal ginjal, tetapi akibat akhirnya pada umumnya sama, yaitu :

·Ginjal merupakan rute utama untuk mengeluarkan air, karena itu air tidak dapat dikeluarkan dari tubuh dengan baik pada penderita gagal ginjal yang berat, sehingga dapat mengakibatkan pembengkakan kaki dan bagian tubuh lainnya

·Ginjal tidak mampu mengeluarkan kelebihan natrium dan hal ini mengakibatkan tertahannya kelebihan air dalam tubuh. Akumulasi kalium dalam tubuh yang sangat membahayakan juga terjadi karena ginjal gagal untuk mengeluarkannya

·Tekanan darah pada gagal ginjal biasanya meningkat dan hal ini pada umumnya disebabkan oleh karena retensi garam dan air

·Terjadi akumulasi bermacam-macam produk sisa yang biasanya dikeluarkan oleh ginjal

·Pasien gagal ginjal biasanya pucat karena menurunnya kontribusi pembentukan darah oleh ginjal

·Penderita merasa lelah, mual dan hilangnya nafsu makan

·Rasa sakit pada tulang dan otot karena timbulnya penyakit tulang.

DIALISIS

Bila ginjal gagal melakukan fungsinya, sehingga bermacam-macam produk sisa termasuk garam dan air menumpuk dalam tubuh, perlu dilakukan dialisis untuk mengeluarkan produk-produk sisa tersebut. Proses dialisis sesungguhnya menggunakan sifat-sifat dari membran semi-permeabel, di

mana membran tersebut hanya dapat dilalui oleh zat-zat dengan berat molekul yang kecil dan tidak dapat ditembus oleh zat-zat dengan berat molekul besar. Melalui membran semi-permeabel tersebut kelebihan air, macam-macam produk s

isa yang me-numpuk dalam tubuh ataupun zat-zat toksik lainnya dapatdikeluarkan dari tubuh penderita gagal ginjal ataupun untuk meningkatkan kerja ginjal pada terapi keracunan. Untuk me-langsungkan proses dialisis diperlukan suatu cairan yang mirip dengan cairan ekstraseluler ideal. Cairan ini disebut cairan dialisis yang mengandung elektrolit dan dekstrosa. Pada proses dialisis, cairan dialisis dialirkan pada salah satu sisi permukaan dari membran semi-permeabel, sedangkan darah pasien dialir-kan dalam arah yang berlawanan terhadap aliran cairan dialisis pada sisi lain dari membran tersebut. Dalam proses tersebut akan terjadi pertukaran ion antara darah dan cairan dialisis. Dengan menaikkan osmolaritas, .cairan dialisis (menaikkan konsentrasi dekstrosa) dapat membantu mengeluarkan kelebih-an air dari dalam tubuh. Dengan mengurangi konsentrasi elektrolit tertentu dapat mengeluarkan elektrolit dalam darah dengan selektif, sehingga dapat mengoreksi keseimbangan elektrolit. Ada dua macam pengobatan dengan dialisis, yaitu hemodialisis dan dialisis intraperitoneal.


Dialisis Intraperitoneal

Pada proses dialisis intraperiotoneal, cairan dialisis dimasukkan dengan kateter ke dalam peritoneum, sehingga pertukaran ion terjadi sepanjang membran peritoneal. Pada interval waktu tertentu cairan dialisis tersebut harus diganti atau dapat disirkulasi kembali melalui suatu adsorbent chamber.


Hemodialisis

Pada proses ini digunakan membran buatan semi-permeabel yang berfungsi sebagai .ginjal buatan. Juga dipergunakan suatu mesin untuk mengalirkan darah pasien melalui salah satu sisi permukaan dari membran semi-permeabel sebelum dikembalikan ke sirkulasi darah tubuh pasien. Pada saat yang sama cairan hemodialisis dipompakan ke dalam mesin dan dialirkan melalui sisi lain dari permukaan ser i-permeabel, sehingga terjadi pertukaran ion antara darah pasien dengan cairan hemodialisis. Melalui membran semi-permeabel yang mengandung lubang-lubang kecil tersebut produk-produk sisa dari darah pasien seperti urea, kreatinin, fosfat, kalium dan lainnya termasuk kelebihan air serta garam dari tubuh kan lewat dan masuk ke dalam cairan hemodialisis yang mengalir dengan arah berlawanan dari aliran darah pasien. Walaupun demikian, protein dan sel-sel darah tidak dapat menembus melalui lubang-lubang kecil dalam membran semi-permeabel tersebut. Bakteri dan virus yang mungkin mengkontaminasi cairan hemodialisis juga tidak dapat masuk ke dalam aliran darah pasien melalui membran tersebut karena ukurannya lebih besar dari lubang-lubang kecil tersebut.



CAIRAN HEMODIALISIS

Walaupun tidak ada keharusan bahwa cairan hemodialisis harus steril, tetapi selama proses pembuatan dan pemakaian-nya harus dicegah kontaminasi bakteri seminimal mungkin karena sejumlah produk metabolik bakteri dapat melalui membran semi-permeabel, sehingga untuk idealnya cairan hemodialisis dapat dibuat steril dan bebas pirogen. Cairan hemodialisis dipasarkan dengan konsentrasi pekat (Concentrated Haemodialysis Solution) dan kadang-kadang berbeda dalam konpisisi serta jumlah air yang digunakan untuk mengencerkannya. Tetapi pada umumnya sebagai sumber bikarbonat dipergunakan Natrium Asetat yang lebih mudah larut dibandingkan dengan Natrium Bikarbonat. Sebagai contoh formula Cairan Hedodialisis pekat adalah sebagai berikut :

Tiap 1 liter mengandung :

  • Natrium Klorida 199 g

  • Natrium Asetat Tihidrat 174 g

  • Dekstrosa Anhidrat 87,5 g

  • Kalium Klorida 6,79 g

  • Kalsium Klorida Dihidra 6,43 g

  • Magnesium Klorida Heksanidrat 5,34 g

Konsentrasi ion-ion per liter apabila 3,43 liter Cairan Hemo-dialisis pekat tersebut diencerkan dengan air sampai 120 liter atau bila 1 bagian Cairan Hemodialisis pekat dicampur dengan 34 bagian air adalah sebagai berikut :

·Natrium............................................. 134,0 mEq/1

·Kalium.................................................. 2,6 mEq/l

·Kalsium ............................................... 2,5 mEq/1

·Magnesium ............................................ 1,5 mEq/l

·Klorida .............................................. 104,0 mEq/l

·Asetat ................................................ 36,6 mEq/l

·Dekstrosa Anhidrat .................................. 2500 mg/l

Pada masa lampau air leding dipergunakan untuk Cairan Hemodialisis pekat tersebut, tetapi kemudian disadari bahwa air leding banyak mengandung kotoran-kotoran seperti mineral-mineral tertentu dalam jumlah yang tinggi (misalnya kalsium, aluminium). Juga dapat mengandung bakteri dan pirogen. Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat orang normal per harinya hanya memerlukan 1-3 liter air per hari, sedangkan pasien hemodialisis membutuhkan 150-200 liter air untuk setiap kali hemodialisis. Sisa-sisa logam seperti aluminium yang terdapat dalatn air untuk hemodialisis dapat membahayakan pasien.Oleh karena itu air yang dipergunakan untuk hemodialisis harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran tersebut di atas, misalnya dengan "Reverse Osmosis System" (RO. System) atau dengan "Deioniser System". Seperti telah disinggung di atas, Cairan Hemodialisis pekat sebelurn dipergunakan harus diencerkan terlebih dahulu, biasanya 35 atau 40 kalinya. Ada 3 macam metode untuk pengencerannya yaitu : batch blending, fixed proportioning dan flexible proportioning. Cairan hemodialisis dapat dikemas dalam wadah gelas atau plastik dengan syarat tidak boleh melepaskan ion-ion atau substansi yang berbahaya ke dalam cairan hemodialisis. Cairan hemodialisis merupakan cairan yang tidak berwama, tetapi pada penyimpanan (terutama pada temperatur panas) dapat ' berubah menjadi kuning pucat sampai kuning sawo karena cairan tersebut mengandung dekstrosa. Perubahan warna tersebut tidaklah mempengaruhi efektivitas cairan hemodialisis. Dekstrosa yang teroksidasi selama penyimpanan dapat menurunkan pH produk sampai di bawah 6,8. Apabila diperlukan, pH dapat diatur kembali dengan penambahan Natrium Hidroksida. Produk ini harus disimpan pada temperatur kamar atau di bawah temperatur kamar. Hindari temperatur di atas 40°C dan hindari pula menyimpan produk tersebut pada temperatur di bawah 4°C karena akan mengakibatkan kristalisasi garam-garam yang terlarut.

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Hemodialisis"

Posting Komentar